1. Latar Belakang.
a. Umum.
1) Pada saat Perang
Dunia II pasukan Sekutu melakukan invasi ke pantai Normandia pada tanggal 6 Juni 1944, dengan kode Operasi Overlord. Hingga
kini Invasi Normandia merupakan invasi laut terbesar dalam sejarah dengan
jumlah personil hampir tiga juta tentara
menyeberangi Selat Channel dari Inggris ke Perancis yang di duduki
oleh tentara Nazi Jerman. Mayoritas
satuan tempur pada serangan ini adalah pasukan Amerika Serikat, Britania
Raya, dan Kanada. Pasukan
Kemerdekaan Perancis dan pasukan Polandia ikut
bertempur setelah fase pendaratan. Selain itu turut juga pasukan
dari Belgia, Cekoslowakia, Yunani, Belanda, dan Norwegia.
2) Pada sisi yang lain khususnya Jerman
tetap ingin mempertahankan kedudukan dan kekuasaannya di wilayah Eropa, bahkan
telah mencoba untuk menduduki wilayah Inggris berkali-kali walaupun mengalami
kegagalan namun tetap. berdampak pada terblokadenya perekonomian Inggris dari
daerah daratan Eropa.
3) Penyebab awal
terjadinya Operasi pendaratan amfibi di Normandia Britania adalah berawal dari invasi yang dilakukan Jerman terhadap Uni Soviet yang
dikenal dengan sandi Operasi Barbarossa, sebagai titik awal pertempuran antara
Soviet menghadapi Jerman di daratan Eropa. Atas dasar kejadian tersebut
Presiden Franklin D. Roosevelt dan Perdana Menteri Winston Churchill pada tahun
1942 menyatakan keinginannya bahwa Amerika Serikat dan Inggris siap membuka
"front kedua" di Eropa untuk membantu Uni Soviet menghadapi Jerman,
pernyataan ini dinyatakan lagi pada musim semi tahun 1943.
b. Kronologis Kejadian
Rencana awal dari Inggris adalah menghindari keterlibatan serangan
langsung seperti pada Perang Dunia I karena akan menyebabkan banyak korban
berjatuhan. Untuk itu Inggris meenggunakan taktik terselubung yaitu dengan membantu para pemberontak yang mempunyai permasalahan dengan
Jerman. Setelah terjalin hubungan dengan
pemberontak baru Inggris menggunakan kekuatannya untuk melakukan serangan dari Mediterania ke Wina, kemudian memasuki Jerman
dari arah Selatan. Cara
seperti ini menurut Inggris dianggap
dapat membatasi masuknnya Soviet ke Eropa.
Gambar 1. Peta rencana pendaratan Sekutu dan posisi pertahanan Jerman.
Namun Amerika Serikat memiliki
strategi yang berbeda yaitu menganggap bahwa cara yang paling optimal adalah mengadakan
serangan secara langsung dan besar-besaran. Pihak Amerka menginginkan
metode ini, dan menyatakan bahwa hanya cara inilah yang akan mereka dukung
dalam jangka panjang. Dua proposal awal direncanakan: Operasi Sledgehammer, yang merupakan invasi untuk tahun
1942, dan Operasi Roundup, yaitu invasi lebih besar pada tahun 1943.
Proposal yang kedua diterima, lalu diganti namanya menjadi Operasi Overlord dan
ditunda sampai 1944. Sekitar 6.900 kendaraan laut, termasuk 4.100 kendaraan
pendarat, digunakan untuk invasi ini, dipimpin oleh Admiral Bertram Ramsay. Kemudian 12.000
pesawat terbang, termasuk 1.000
pesawat pembawa penerjun payung, berada di bawah Marsekal Udara Trafford Leigh-Mallory. 10.000
ton bom akan dijatuhkan ke pertahanan Jerman, dan
pesawat-pesawat ini akan melakukan 14.000 misi
serangan.
Untuk melancarkan jalannya invasi
ini, Sekutu mengembangkan banyak peralatan khusus guna mendukung operasi yang
akan digelar. Mayor-Jenderal Percy Hobart ditugaskan untuk mengetuai
pengembangan kendaraan
lapis baja khusus. Kendaraan-kendaraan ini, yang dijuluki Hobart’s
Funnies, antara lain tank yang
bisa berenang Sherman Duplex Drive, tank
pembersih ranjau, tank pembuat jembatan, tank pembuat jalanan, dan tank
khusus untuk menghancurkan gedung beton. Pengetesan kendaraan-kendaraan ini
dilakukan di Kirkham Priory di Yorkshire, Inggris.Selain
kendaraan lapis baja, dibuat juga dua pelabuhan buatan Mulberry
Harbour agar bisa mendatangkan persediaan secara cepat, ditambah
dengan tidak adanya pelabuhan laut dalam di lokasi pendaratan. Untuk mengirimkan
bahan bakar dari Inggris,
Sekutu menjalankan Operasi PLUTO (Pipe Line Under The Ocean), yaitu
jalur pipa bawah laut.
1.
Analisa.
Penyerangan
oleh pasukan sekutu di perkirakan akan dilaksanakan di pantai yang terdekat
yaitu pantai diseberang kota Dover di Inggris yang sangat dekat dengan kota
perancis Calais. Dengan perkiraan hal tersebut maka Jerman mempersiapkan pantai
tersebut dengan meriam- meriam pantai di pelabuhan dekat Le Havre guna
menangkis serangan udara serta menghancurkan pasukan yang mendarat di daerah
tersebut. Selain itu Jerman juga menempatkan pasukan dititik-titik pantai yang
kemungkinan besar digunakan untuk pendaratan oleh musuh, hal ini dilakukan
karena kesukaran Jerman yang harus mempertahankan pantai yang demikian panjang dari
utara di Nederland sampai dengan Perancis Selatan.
Dengan
keterbatasan kemampuan tersebut pihak jerman banyak mempergunakan potensi alam
wilayah perancis yang berupa rintangan alami serta buatan yang mereka bangun. Adapun
kesiapan Jerman untuk menghadapi hal tersebut dengan pemanfaatan kondisi
geografis yang ada serta peralatan tempur yang mereka miliki antara lain:
a. Persiapan
Jerman
ada
tahun 1942 dan 1943, Jerman menganggap bahwa kemungkinan serangan Sekutu dari
barat sangat kecil. Persiapan menghadapi invasi hanya berupa pembangunan fortifikasi yang melindungi pelabuhan-pelabuhan utama oleh Organisasi
Todt. ada akhir 1943, berkumpulnya kekuatan Sekutu di Inggris
menyebabkan Komandan Bagian Barat Jerman, Marsekal Medan Gerd von
Rundstedt, untuk meminta tambahan pasukan. Pasukan yang dimiliki
sebelumnya hanya merupakan formasi statik saja, tanpa alat-alat transportasi
dan peralatan dukungan.
Selain
itu pasukan itu terdiri dari tentara yang tidak sempurna secara fisik (misalnya
orang-orang yang kehilangan jarinya oleh dinginnya Front
Timur), atau merupakan wajib militer Polandia dan negara non-Jerman lainnya. Selain
tambahan pasukan, von Rundstedt mendapatkan anak buah baru, Marsekal Medan Erwin
Rommel. Rommel awalnya hanya ditugaskan untuk memeriksa Tembok
Atlantik, namun kemudian meminta untuk diberi tugas memimpin
pasukan pertahanan Perancisutara, Belgia, dan Belanda.
Permintaan ini dipenuhi dan pasukan yang dipimpinnya digabungkan dalam Grup B
Angkatan Darat padaFebruari 1944.
b. Kondisi Geografis :
1) Pantai Juno
Pasukan Kanada yang mendarat
di Pantai Juno berhadapan dengan 11 meriam berat 155 mm
dan 9 meriam sedang 75 mm, juga senapan mesin, bunker, dan fortifikasi beton lainnya. 50% gelombang pertama yang mendarat
tewas, pendaratan ini adalah pendaratan pantai dengan jumlah korban tertinggi
ke-2 setelah Pantai Omaha. Pemakaian Sherman DD termasuk sukses di Pantai Juno,
dengan beberapa, sesuai rencana, sampai duluan sebelum infanteri dan membantu
menghancurkan pertahanan Jerman.
2) Pantai Gold
Korban juga banyak pada Pantai Gold,
di mana kedatangan tank perenang Sherman DD tertunda, dan Jerman telah
memfortifikasi sebuah desa di pantai dengan baik. Namun Divisi Infanteri ke-50 berhasil mengalahkan
pertahanan ini dan maju sampai dekat Bayeux. Divisi ini adalah salah satu yang paling jauh mendekati objektif
utamanya.
3) Pantai Omaha
Pendaratan
di Pantai Omaha merupakan pendaratan yang paling banyak memakan korban. Elemen
Divisi Infanteri ke-1 dan ke-29 Amerika
Serikat berhadapan
dengan Divisi Infanteri ke-352 Jerman, salah satu divisi yang paling
berpengalaman di invasi pantai ini.Intelijen Sekutu gagal mengetahui
bahwa Divisi Infanteri Statik ke-714 yang relatif berkualitas rendah digantikan
oleh Divisi ke-352 beberapa hari sebelum invasi. Omaha merupakan pantai dengan
pertahanan yang paling berat, dan serangan udara serta artileri sebelum invasi
ternyata tidak efektif.
4) Pointe du Hoc
Point du Hoc merupakan
tempat penempatan meriam yang berada pada tebing beton
tinggi. Di sini, Batalyon Ranger ke-2, yang dipimpin oleh James Earl Rudder,
ditugaskan untuk memanjat tebing-tebing setinggi 30 meter tersebut
dengan menggunakan tali, lalu menghancurkan meriam-meriam di atas, yang
diperkirakan menembak ke Pantai Omaha dan Utah.
5) Cherbourg
Di bagian barat invasi, pasukan
Amerika Serikat ditugaskan untuk menguasai Semenanjung Cotentin, khususnya Cherbourg, yang memiliki pelabuhan laut dalam.
Wilayah di belakang pantai Utah dan Omaha dicirikan oleh bocage, yaitu parit kuno dan pagar
tanaman yang tebalnya sampai tiga meter, tersebar setiap 100 sampai 200 meter, membuatnya sangat menyulitkan
untuk tank, peluru, dan penglihatan, dan menjadi tempat bertahan yang ideal. Infanteri Amerika Serikat
maju menuju Cherbourg dengan lambat, dan dengan banyak korban.
2.
Hal-hal Positif dan Negatif.
a. Hal-hal positif.
1) Di tinjau dari strategi yang digunakan dengan
penggabungan kondisi geografis guna menghambat, melawan dan menghancurkan lawan
relatif efisien sehingga menghasilkan hasil yang cukup optimal walaupun pada
akhirnya pihak Jerman mengalami kekalahan melawan sekutu.
2) Penempatan pasukan dan logistik pangkalan di sekitar pantai
barat Perancis yang baik membuat kebutuhan logistik pasukan maupun amonisi
dapat berjalan dengan lancar, hal ini terbukti dengan kemampuan bertahan
pasukan Jerman dalam menghadapi pasukan sekutu.
3)
Pemanfaatan kondisi alam dengan memadukannya dengan persenjataan yang
disesuikan dengan lingkungan sekitar sehingga dapat diprgunakan untuk
menghambat bahkan menghancurkan kemampuan musuh yang lebih besar.
4)
Operasi intelejen yang sempurna dan terkonsep dengan baik
serta matang sangat penting. Dalam hal ini memberikan informasi di bidang yang
menguntung negara yang bersangkutan atau
mengelabuhi keputusan musuh sehingga diharapkan dapat mengambil suatu
keputusan yang salah.
b.
Hal-hal negatif.
1) Perbedaan
pendapat dan kepentingan sangat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan dalam
mencapai suatu tujuan.
2) Sikap egois
pemimpin dengan tidak mau menerima suatu analisa yang jelek sehingga mempengaruhi pengambilan keputusan
menyebabkan suatu persoalan yang dapat diansipasi menjadi semakin buruk
akibatnya.
3) Pemahaman medan pertempuran yang kurang akan mengakibatkan banyaknya jatuh korban di pihak penyerang walaupun hasil akhir dari pertempuan tersebut pihak penyerang yang menang.
4. Hal-hal yang Bermanfaat bagi TNI AL. Beberapa hal yang dapat diambil manfaatnya bagi TNI AL dari penyelenggaraan Operasi Amfibi dalam Pertempuran Normandia 1944 adalah :
a. Aspek edukatif.
1) Pelaksanaan GMS yang dilaksanakan dalam
waktu 24 jam mengakibatkan kondisi pasukan pendarat dalam keadaan prima. Hal
ini dapat menjadi pembelajaran kepada pemimpin TNI AL maupun pemimpin dalam
operasi amfibi dalam menentukan pangkalan aju agar memperhatikan jarak dengan
daerah serangan amfibi (DSA) guna menjaga kondisi fisik pasukan pendarat.
Tentunya hal ini tetap memperhatikan pertimbangan taktis dari kekuatan musuh
yang ada di DSA.
2) Banyak kapal pendarat yang tenggelam
akibat cuaca buruk dan kena ombak besar dapat menjadi pembelajaran bagi para
pengambil keputusan dalam penentuan Hari “H” Jam “J” pendaratan amfibi dimana
kondisi cuaca juga harus menjadi pertimbangan selain dari waktu operasi yang
diberikan oleh pemimpin guna mengurangi kehilangan Alutsista sarana pendaratan
amfibi sebelum sampai ke pantai pendaratan.
3) Efektifnya operasi pengelabuhan tempat
dan waktu pendaratan oleh sekutu dapat menjadi pembelajaran bagi TNI AL sebelum
melaksanakan operasi amfibi harus mampu menjaga kerahasiaan tempat dan waktu pendaratan.
4) Kesalahan intelijen Sekutu dalam
memprediksi pasukan Jerman yang berada di Caen yang manjadi salah satu sebab
lamanya operasi yang dilaksanakan dapat menjadi pembelajaran bagi TNI AL bahwa
informasi intelijen akan sangat mempengaruhi pelaksanaan operasi.
b. Aspek inspiratif. Banyaknya pasukan
sekutu yang didaratkan dapat menjadi inspirasi bagi TNI AL kedepan dapat
mempunyai sarana, Alutsista dan pasukan pendarat yang tergabung dalam operasi
amfibi dalam jumlah yang besar guna menjadi bargainaing
power terhadap negara lain yang akan menguasai wilayah NKRI.
c. Aspek instruktif.
1) Pelaksanaan latihan oleh pasukan Sekutu
yang dilakukan secara terus menerus sebelum invasi dilaksanakan merupakan salah
satu faktor yang mendukung kemenangan Pasukan Sekutu dalam pertempuran
Normandia 1944, maka dari itu seluruh prajurit TNI AL harus melaksanakan
latihan secara terus-menerus terutama apabila akan melaksanakan operasi.
2) Moril pasukan yang tinggi merupakan
juga merupakan salah satu faktor kemenangan Sekutu dalam menghadapi pasukan
Jerman yang juga mempunyai loyalitas dan dedikasi yang terkenal tinggi juga,
maka dari itu prajurit harus mampu menjaga moral tempur pada saat melaksanakan
kegiatan baik rutin maupun operasi tempur.
5. Penutup.
a. Kesimpulan.
1) Pertempuran Normandia 1944 antara
Pasukan Sekutu dan Pasukan Jerman merupakan pertempuran yang salah satunya
terdapat Operasi Amfibi yang dilaksanakan oleh Pasukan Sekutu dengan jumlah
kekuatan yang sangat besar.
2) Kemenangan yang diperoleh Pasukan
Sekutu pada Pertempuran Normandia 1944 didapatkan karena keberhasilan pihak
Sekutu mendaratkan Pasukan Pendarat berserta kendaraan yang didukung oleh
Operasi Linud dan Pengeboman dari Pesawat Udara terhadap kubu-kubu pertahanan
Jerman serta kelancaran pelaksanaan distribusi persediaan logistik.
3) Dalam operasi Amfibi yang dilaksanakan
oleh Pihak Sekutu di Normadia untuk merebut dari pendudukan pasukan Jerman
terdapat hal-hal yang bermanfaat yang dapat diambil oleh TNI AL guna
mengembangkan doktrin operasi amfibi.
b. Saran.
Perlu adanya pengembangan doktrin operasi amfibi yang dapat melaksanakan
serbuan hingga jauh ke wilayah darat atau tidak hanya menguasai tumpuan pantai
guna mewadahi pengembangan organisasi Korps Marinir dan perkembangan teknologi
Alutsista (sarana) yang dapat digunakan untuk mendaratkan pasukan pendarat.